Beranda

Jumat, 01 Maret 2013

Kopi Hidup

Antara kopi dan hidup. Terlihat pekat hitam
membayang kepahitan. Dalam kepulan panas
mengaroma.
Kopi bukanlah tepat 'tuk kau nikmati sebagai
ganti pelepas dahaga bak air es di terik siang.
Bukanlah tepat pula bagi orang yang empunya
waktu hanya sekedar lima menit.
Tak guna pulalah untuk kau telan dalam
sekali teguk.
"Haruslah kau cecap..." begitu kata orang.
Seni. Begitulah. Meski aku bukan penikmat kopi.
Tapi baiklah kita hidup seraya mencecap kopi,
bukan menegak racun.

Minggu, 24 Februari 2013

Menelan Beban

Karena ini bisa kusebut berbanding lurus,
mungkin setimpal. Hasrat pencarian sepenggal
waktu guna rebahkan bahu atas ketegangan
beban menindih hingga rintih, pun terbayar.
Lunas. Tuntas. Tersebab waktu giras menggilas
kesibukan kehidupan yang tak cukup
atas waktu. Bilakah waktu berdetak pelan, menelan
hingar bingar.
Sembahkan nafas bebas tanpa engah.

Jumat, 15 Februari 2013

MELINGKAR BERPUTAR

hawa melingkar-lingkar berputar
mengusir angin
jauhkan embun dari ubun-ubun awan
pengab sesak mendekap
dan mentari membelah diri
berpencar menjadi ribuan bintang berpendar
hingga hilang jauh dari angan-angan
mengaburkan bayang
mengubur lelap kelopak mataku
menyerah pada roda keletihan
yang terus
lingkar-melingkar berputar


Selasa, 25 Desember 2012

Jeruji Jiwa

Menatap lirih dalam-dalam
Pada larik menarikan alam
Kata bahasa bisu
Namun hati tak sampai merangkai
Dahan-dahan reranting perasaan
Jua maksud absurd
Yang terbawa kata
Dalam bilah saraf otakku

Terbang tenggelam dunia fana
Antara lipatan-lipatan memori
Mengukir asa meski perih
Menatap lirih
Membuka pintu getar jeruji jiwa

Perlahan pelan ku temu lagi
Mata sayu menyimpan rayu
Meminta dekap sang ayu
Perlahan pelan kulihat kembali
Gerik dalam gerak merangkak
Mengingin dekat

Ntah hendak hati ini berbisik apa
Dalam getar jeruji jiwa
Yang memenjarakan
takut

Selasa, 11 Desember 2012

01122012 - Mencari Bakul Terang Bulan

#dalam perjalanan menuju bakul terang bulan karena tiada bulan malam ini, apalagi bintang dalam mendung menuju hari kelahiranku yang antara ingin namun juga menyisipkan takut

Habis kikis aku dimakan bosan
Memaknai setiap jengkal waktu
Yang terlewatkan sudah
Dalam gundah
Dalam jengah
Percuma tiada asa
Seperti makanan
Yang bahkan dalam hal terburuk
Tidak membuatku menangis kepedasan
Meski pula hambar bagai air
Namun tak buatku hilang akan dahaga
Sebuah perfilman kehidupan yang tak layak
Dihadirkan dan
Sepenuhnya aku bertanggung jawab atasnya
Sebagai sutradara mutlak
Yang tak bias elak
Drama ini
Bukan tragedi
Bukan pula horror
Apalagi happy ending
Dan beri saja notication,
“Don’t try this at home.”

Minggu, 25 November 2012

Hak untuk Menjadi Seorang Pahlawan

Eits! Tunggu! Apa benar menjadi pahlawan itu hak? Kok aku gak tau ya! Siapa ya zaman sekarang yang mau jadi pahlawan? Kalo yang mau jadi superhero sih banyak!

Eh…eh…lha emang apa bedanya pahlawan dengan superhero?


            Baiklah kita hentikan pergunjingan ini sebelum menjadi bom yang bisa meledakkan Hiroshima dan Nagasaki sekali lagi. Sebagai gantinya akan kubeberkan satu-persatu perkara ini selayaknya seorang detektif yang memecahkan kasus criminal terselubung.
            Dalam Bahasa Indonesia kita sebut tentang ini adalah “PAHLAWAN”. Karena sejarah pula biasanya jika kita sebut pahlawan maka kita akan ingat mereka yang berkorban demi bangsa dan negara Indonesia yang pernah terjajah. Jadi, orang-orang seperti Cut Nyak Dien, Diponegoro, A.H.  Nasution, Hatta termasuk dalam pahlawan Nasional Indonesia. Tapi akan beda lagi dengan di luar negeri. Berdasarkan image-image dalam dunia pertelevisian, ada istilah bagi mereka “SUPERHERO”. Tapi aku juga tidak terlalu tahu tentang kriteria seorang pahlawan di luar negeri. - Yah, meski tadi di awal aku mengatakan akan membeberkannya bak Sherlock Holmes memecahkan kasus, tapi akan lebih tepat jika aku katakana aku seumpama Watson yang melihat apa adanya dari sudut pandangnya. - Dan mengenai superhero di luar negeri yang kutahu adalah mereka yang termasuk Batman, Spiderman, Superman dan berbagai tokoh pemilik kekuatan super yang senantiasa menolong orang yang membutuhkan dan berpihak pada kebenaran. Memang terlihat sedikit berbeda antara sosok pahlawan dan superhero. Namun mereka mengandung makna yang sama, seperti dalam KBBI, pahlawan adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran; atau dengan kata lain, pejuang yang gagah berani.
            Jadi, itu sama saja karena keduanya sama-sama menonjolkan keberanian dan memberikan pengorbanan baik jiwa maupun raga dalam membela kebenaran. Maka bisa kita simpulkan, pahlawan atau superhero adalah sebutan. Sebutan yang diberikan orang lain bagi mereka yang memenuhi kriteria yaitu memiliki keberanian dan mau berkorban dalam membela kebenaran. Dengan demikian siapapun berhak menjadi pahlawan asalkan memenuhi persyaratan tersebut.
            Tidak salahlah jika kita mengatakan ada “hak untuk menjadi seorang pahlawan” bagi siapa saja yang mau atau pun ada bagi kita “hak untuk memberi seseorang anugrah sebagai pahlawan” kita jika memang layak. Singkatnya pahlawan tidak harus orang yang gugur di medan perang atau mereka yang memiliki kekuatan supernatural.
            Ayo kita tengok Zawawi Imron. Dia sempat berbicara tentang pahlawan dalam puisinya. Katanya,
kalau aku ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan
namamu, ibu, yang kan kusebut paling dahulu
lantaran aku tahu
engkau ibu dan aku anakmu
Maka bebaslah kita mengatakan siapa pahlawan kita dalam hidup ini.
Dan berbicara tentang pahlawan, kita tengok anak-anak kelas 2 SD yang sedang menuliskan harapan-harapan mereka ataupun cita-cita mereka. Teranglah mereka akan berkelakar ingin menjadi astronot, polisi, dan masih banyak lagi. Begitu polos dan semangat anak-anak kecil ini menyongsong harapan masa dengan mereka.


ada gak ya dari anak-anak ini yang punya cita-cita pingin jadi pahlawan nasional?”





Senin, 19 November 2012

Tentang Hujan Malam Ini




Hari ini hujan begitu deras mengguyur tak henti. Membasahi setiap detik kehidupan bumi yang sudah Tuhan ciptakan lebih dari dua ribu tahun silam. Bagai ingin menenggelamkan bumi sekali lagi dan melenyapkan sekaligus menghanguskan dosa yang bertumbuh dalam janin-janin manusia, meski mungkin hujan itu sendiri tak menghendakinya. Mungkin hujan terdengar marah meneriakkan guntur-gunturnya. Membuat penguasa kegelapan pun lari tunggang langgang dari pecut-pecut kilat sebagai hukuman dosa-dosa mereka.
Tapi kita tak pernah tahu. Apa hujan itu sedang bersedih atau terharu bahagia. Tak pernah kita tahu apa hujan itu mengalir dari sepasang mata di atas sana yang tak terjangkau oleh pandangan kita. Dan apakah ia hanya putaran alam yang tak pernah melahirkan jiwanya sendiri.
Harus bagaimanakah kita dengan hujan ini? Akankah kita menititikkan air mata bersama hujan atau menengadahkan senyum kepadanya?
Hujan sanggup mewadahi semuanya. Semua ekspresi yang bahkan enggan diungkapkan anak manusia. Sudah banyak bukti akan hal ini karena apakah kesedihanmu senada dengan matahari yang cerah bersinar? Apakah bahagiamu sejalan dengan mendung yang melindungi dari terik mentari?
“Bersamanya aku bisa berlari-lari menari di bawah hujan, dan bukannya menghindar untuk mencari tempat berteduh…”
-tepat sekali detik ini pun televisi di hadapanku begitu romantis menyuarakan kebersamaannya dengan hujan-
Hanya hujan yang setia menemani bahkan ketika kita tak ingin terlihat menangis.
Dan hanya hujan yang mengirimkan pelangi setelah kelam didatangkannya.
 “Apakah engkau masih sesetia hujan malam ini, sahabat karibku?”

-hujanpun berhenti untuk memberikan kesempatan
kuntum bunga membawa harapan baru musim semi-

20:12
19 Nov’2012